Guntar Sibarani, Pelatih Wushu Sanda di Bangka Selatan

AIRGEGAS, koranbabel.com– Guntar Sibarani kesehariannya adalah guru olahraga di SMPN 1 Airgegas Kecamatan Airgegas, Bangka Selatan. Tampak sekilas penampilan pria kelahiran Marihat (Sumatera Utara), 30 Oktober 1985 ini biasa-biasa saja, bahkan boleh dibilang postur tubuhnya tidak terlalu tinggi. Namun siapa sangka ternyata Guntar memiliki keahlian beladiri, wushu sanda (Tarung Bebas), saat ini ia sudah menyandang gelar pelatih wushu sanda. Guntar juga berhasil membawa tiga muridnya ke event nasional mewakili Provinsi Bangka Belitung. 

Guntar mengaku sejak umur 12 tahun sudah menekuni bela diri wushu sanda. Ia sangat tertarik dengan gaya pertarungan wushu sanda serta kombinasi perpaduan gerakan tangan dan kaki. "Saya pertama kali diajarkan oleh Riduan Sinaga, orang yang telah berjasa dalam hidup saya, yang telah membuat saya seperti ini. Wushu sanda telah mengubah hidup saya," ungkap Guntar yang juga lulusan jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) Universitas Sumatera Utara. 

Wushu sanda, kata Guntar, tidak hanya mengajarkan seni bela diri tarung bebas namun juga mengajarkan disiplin dan kepercayaan diri. Wushu sanda sangat membantu pembentukan karakter. Menurut Guntar saat menekuni wushu sanda, ia tidak hanya berlatih di Markas Brimob Sumatera Utara saja, namun sempat digembleng di Gaung Xi Naning, Cina. 

Latihan yang dijalani Guntar tak sia-sia, beberapa prestasi berhasi l ditorehkannya, yakni Juara III Wushu Sanda di Sumut Tahun 2005, Juara I Wushu Sanda di Sumut Tahun 2006 dan Juara II Wushu Sanda di Sumut Tahun 2007. Guntar hijrah ke Bangka Selatan setelah ia dinyatakan lulus tes CPNS sebagai guru olahraga tahun 2010. Guntar pun tak menyia-nyia kesempatan ini, selain menjadi guru olahraga ia juga terus mengembangkan wushu sanda. 

Beberapa prestasi yang berhasil diperoleh Guntar sebagai pelatih wushu sanda diantaranya pada tahun 2012 membawa tim Bangka Belitung ke Kejuaraan Wushu Sanda Tingkat Nasional di Provinsi Riau. Namun anak didiknya Habibi, siswa SMPN 1 Airgegas, hanya sampai ke perempat final. Pada tahun 2013, Guntar kembali membawa tim Bangka Belitung ke Kejuaraan Wushu Sanda Tingkat Nasional di Yogyakarta. Dua murid Guntar, yakni Adi yang turun di kelas 52 kilogram berhasil memperoleh medali perunggu, demikian juga dengan Habibi yang turun di kelas 56 kilogram juga mendapatkan medali perunggu. Guntar mengakui agak kesulitan untuk mengembangkan beladiri wushu sanda, lantaran tidak begitu banyak pemuda yang tertari k dengan olahraga jenis ini. Sebagian besar peminat olahraga ini berasal dari etnis Tionghoa. 

"Peminat masih minim, malahan yang paling banyak berasal dari masyarakat etnis Tionghoa. Tetapi kita tetap berusaha mengembangkan olahraga ini dan berupaya meraih prestasi,” kata Guntar optimis.