
Sebenarnya kapan wushu diresmikan di Indonesia?
Pada tanggal 10 November 1992 di gedung KONI (saat ini telah menjadi mall di samping hotel atlit century). Pada saat itu menjabat sebagai ketua sekaligus Pendiri Wushu Indonesia adalah Brig.Jend IGK Manila yang sekarang mendapat gelar kehormatan sebagai Bapak Wushu Indonesia.
Alasan utama bapak Manila membentuk Wushu Indonesia adalah untuk ambil bagian pada Sea Games di Singapora tahun 1993, maka dengan perjuangan yang sangat berat dan terjadi sedikit kesalahpahaman di antara para pendiri wushu lainnya, akhirnya Wushu Indonesia dapat diresmikan dan diterima oleh KONI Pusat pada tanggal 10 Novemver 1992.
Setelah resmi menjadi cabang olah raga di KONI, Bapak Manila langsung membuat program seleksi untuk atlit nasional yang akan dikirim mewakili Indonesia di Sea Games Singapore, dan tidak tanggung-tanggung Pelatih Top dari Tiongkok (RRC) didatangkan ke Indonesia yaitu : Wang Dong Lien dan Deng Chang Li. Mereka diminta untuk menyeleksi atlit-atlit yang akan turun di pertandingan Sea Games Singapore tahun 1993.
Setelah melalui tahap seleksi dari sekitar 100an atlit kung Fu (saat itu klub wushu masih menggunakan Kung Fu) dari seluruh Indonesia terjaring menjadi 14 atlit terdiri dari 7 putra dan 7 putri.
Dengan waktu yang sangat singkat karena terbatasnya waktu persiapan dengan pergelaran Sea Games 93 di Singapore, sekitar 5 bulan para atlit dilatih baik di Jakarta (pelatnas) maupun di Shanxi, China sebagai ujicoba.
Dari segi kemajuan latihan dapat dikatakan pelatih dari RRC sangat berhasil dalam membentuk atlit pelatnas (yang pada saat itu berusia di atas usia prestasi, hanya 3 orang yang baru berusia muda). Ilmu wushu yang mereka ajarkan benar-benar baru bagi atlit pelatnas terlebih dari segi kelenturan dan fisik sangat maju pesat. Namun karena waktu yang singkat (atlit pelatnas waktu itu diberi julukan atlit karbitan) maka pada sea games di Singapore tahun 93 atlit Indonesia belum dapat berprestasi maksimal, namun prestasi tersebut masih mendapat sambutan yang baik dari para pengurus KONI pusat karena para atlit bermain pada level Asia Tenggara dan Indonesia adalah negara paling muda dalam pembinaan olah raga wushu pada saat itu.
Namun ada nilai/pengalaman yang berbeda antara atlit wushu angkatan pertama dengan angkatan selanjutnya sampai sekarang, yaitu : latihan yang keras dan kebanggan diri menjadi atlit nasional.
Social Plugin